Kedatangannya
seringkali mengumbar sumpah serapah dari jutaan makhluk berlabel
manusia di muka bumi ini. Pun demikian bila ia tak muncul dalam beberapa
waktu. Akan tetap terlontar hujatan dan cacian itu. Benar-benar membuat
hatiku bergolak, membenci sikap rendah tak bermartabat seperti itu.
Sikap tak bersyukur dan hanya bisa mengeluh, mengeluh, sekali lagi,
mengeluh..!!!
Tak
demikian denganku. Bagiku tetesannya bagai milyaran hadiah yang turun
dari langit, hadiah Tuhan untukku. Menjadi teman saat seluruh bayang
menjauh dan tak mampu lagi kusentuh. Entah dari mana awalnya, aku pun
tak lagi tau. Tiba-tiba saja aku mulai menyukainya, mencintainya dan
merasakan betapa kehadirannya adalah anugerah terindah yang diberikan
Tuhan untuk umat-Nya. Tentu saja umat-Nya yang masih bisa bersyukur. Dan
aku ingin menjadi satu diantara sekian banyak dari mereka.
Ketika
kebahagiaan datang, hujan akan ikut bergembira bersamaku.
Satu..Dua..Tiga..dan semakin banyak tetesannya yang hadir. Hanya dengan
menggenggamnya, aku merasakan kebahagian itu bertambah lebih banyak
lagi. Tak jarang aku berlari menyongsongnya. Berdiri dibawah siramannya,
lama. Tetesannya yang membasahi tak membuatku berlari menjauh. Aku
hanya akan diam, menikmatinya dan menengadahkan wajahku pada langit,
mengucapkan terimakasih pada Sang Khalik.
Ketika
aku kehilangan. Kehilangan seseorang yang begitu berharga untukku.
Hujan sekali lagi datang menawarkan dekapannya. Aku luruh bersamanya.
Bagaimana tidak. Dengannya aku bisa menangis sekeras yang ku mau.
Meneriakkan amarah, kekecewaan dan rasa sakit tanpa ada seorangpun yang
mendengarku. Hanya aku dan dia, hanya aku dan hujan. Saat tak ingin
kerapuhanku terbaca oleh banyak mata, aku hanya perlu menunggu
kedatangannya. Tak kusadari, begitu banyak aku terselamatkan olehnya.
Semua itu membuatku tak pernah membencinya. Sesering dan sebanyak apapun ia datang. Aku akan tetap mencintainya.